Saat ini PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
mengaku masih fokus di bisnis tambang nikel dan belum tertarik menggarap
bisnis minyak dan gas di Indonesia. Lahan INCO di Sulawesi Selatan yang
seluas 190.508 hektar akan dibangun fasilitas tambahan untuk
meningkatkan produksi nikel. Selain itu juga, pabrik pengolahan nikel
matte (smelter) di Sulawesi Tengah.
Selain fokus produksi, INCO juga
berusaha meningkatkan efisiensi. Di kuartal I tahun ini, INCO berusaha
menghemat biaya untuk mengimbangi rendahnya harga nikel.
Untuk tahun 2014 perseroan menargetkan
produksi nikel mencapai 79.691 ton, sementara di sisi penjualan mampu
mencapai US$1 miliar. Selain itu, pada 2014 Vale menargetkan laba bersih
perusahaannya bisa mencapai US$112 juta, dengan asumsi London Metal
Exchange (LME), US$16.000 per ton. laba bersih perseroan pada kuartal
III/2013 baru mencapai US$47,3 juta, sedangkan target laba bersih 2013
mencapai US$213.6 juta.
Kabar dari lantai bursa pada perdagangan
saham hari Rabu (12/3/14), INCO dibuka jatuh 5 poin di level 2625
kemudian terus bergerak melemah di kisaran 2510-2630 dengan volume
perdagangan terpantau mencapai 7 juta lot saham.
Analis Vibiz Research dari Vibiz
Consulting melihat secara teknikal, harga saham INCO masih cenderung
melajutkan pelemahan di awal pekan dimana kenaikan indikator MA dan
candle turun mendekati bolinger band tengah sementara stochastic sedang
melalui penurunan respon dari masa jenuh beli awal pekan di angka 72%.
Setelah mengalami rally minggu lalu, diprediksi perdagangan beberapa
hari ke depan harga masih mangalami pelemahan lanjutan.
Hal ini mengindikasikan harga INCO saat
ini cenderung masih dalam tren bearish. Indikator ADX bergerak flat
ketika +DI menunjukan pelemahan di angka 31. Dengan kondisi
teknikalnya, maka diperkirakan harga rawan terkoreksi di area support
Rp. 2345 hingga resistance Rp. 2774.
0 komentar:
Posting Komentar