Rabu, 12 Maret 2014


Saat ini PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengaku masih fokus di bisnis tambang nikel dan belum tertarik menggarap bisnis minyak dan gas di Indonesia. Lahan INCO di Sulawesi Selatan yang seluas 190.508 hektar akan dibangun fasilitas tambahan untuk meningkatkan produksi nikel. Selain itu juga, pabrik pengolahan nikel matte (smelter) di Sulawesi Tengah.
Selain fokus produksi, INCO juga berusaha meningkatkan efisiensi. Di kuartal I tahun ini, INCO berusaha menghemat biaya  untuk mengimbangi rendahnya harga nikel. 
Untuk tahun 2014 perseroan menargetkan produksi nikel mencapai 79.691 ton, sementara di sisi penjualan mampu mencapai US$1 miliar. Selain itu, pada 2014 Vale menargetkan laba bersih perusahaannya bisa mencapai US$112 juta, dengan asumsi London Metal Exchange (LME), US$16.000 per ton. laba bersih perseroan pada kuartal III/2013 baru mencapai US$47,3 juta, sedangkan target laba bersih 2013 mencapai US$213.6 juta.
Kabar dari lantai bursa pada perdagangan saham hari Rabu (12/3/14), INCO dibuka jatuh 5 poin di level 2625 kemudian terus bergerak melemah di kisaran 2510-2630 dengan volume perdagangan terpantau mencapai 7 juta lot saham.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting melihat secara teknikal, harga saham INCO masih cenderung melajutkan pelemahan di awal pekan dimana kenaikan indikator MA dan candle turun mendekati bolinger band tengah sementara stochastic sedang melalui penurunan respon dari masa jenuh beli awal pekan di angka 72%. Setelah mengalami rally minggu lalu, diprediksi perdagangan beberapa hari ke depan harga masih mangalami pelemahan lanjutan.
Hal ini mengindikasikan harga INCO saat ini cenderung masih dalam tren bearish. Indikator ADX bergerak flat ketika  +DI menunjukan pelemahan di angka 31.  Dengan kondisi teknikalnya, maka diperkirakan harga rawan terkoreksi di area support Rp. 2345 hingga resistance Rp. 2774.

0 komentar:

Posting Komentar