Minggu, 05 Mei 2013


Denyut Bursa Saham Indonesia, Anjlok 68 Poin, Indonesia Kehilangan Investment Grade, Bursa Saham Indonesia mengawali perdagangan pagi tadi dengan dibukanya IHSG naik tipis 3,487 poin (0,07%) ke level 4.997,533. Meski banyak sentimen positif dari pasar global, pelaku pasar dalam negeri masih hati-hati dalam bertransaksi.
Dicabutnya peringkat Indonesia dari investment grade oleh Standard & Poor's (S&P) membuat kepercayaan diri investor berkurang. Beberapa investor asing memilih keluar sejenak dari lantai bursa.
Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG jatuh 40,259 poin (0,81%) ke level 4.953,787 menyusul turunnya peringkat Indonesia yang bukan lagi investment grade. Aksi jual langsung ramai terjadi di lantai bursa.
Indeks sempat naik-turun antara zona merah dan hijau dalam rentang yang tipis sebelum akhirnya jatuh cukup dalam. Hampir seluruh lapisan saham terkena aksi jual.
Indeks hanya mampu menembus posisi tertingginya hari ini di level 5.006,503 setelah itu jatuh lagi ke teritori negatif. Indeks sempat jatuh sangat dalam sampai hampir meninggalkan level 4.900.
Mengakhiri perdagangan akhir pekan, Jumat (3/5/2013), IHSG ditutup anjlok 68,563 poin (1,37%) ke level 4.925,483. Sementara Indeks LQ45 ditutup jatuh 13,680 poin (1,61%) ke level 833,613.
Saham-saham konsumer menjadi satu-satunya sektor yang menghijau di lantai bursa. Sembilan sektor lainnya terkena tekanan jual, dipimpin oleh saham-saham lapis dua di sektor aneka industri dan industri dasar.
Perdagangan saham hari ini berjalan moderat dengan frekuensi transaksi mencapai 148.218 kali pada volume 5,281 miliar lembar saham senilai Rp 6,52 triliun. Sebanyak 83 saham naik, sisanya 198 saham turun, dan 87 saham stagnan.
Bursa-bursa di Asia menutup perdagangan akhir pekan dengan mixed cenderung menguat. Wall Street dan data ekonomi AS yang positif memberi semangat kepada para pelaku pasar Asia.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Multi Bintang (MLBI) naik Rp 50.000 ke Rp 1,1 juta, Merck (MERK) naik Rp 32.000 ke Rp 192.000, Mayora (MYOR) naik Rp 800 ke Rp 31.500, dan Unilever (UNVR) naik Rp 600 ke Rp 25.900.
Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Metropolitan Kentjana (MKPI) turun Rp 1.200 ke Rp Rp 6.000, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 1.050 ke Rp 49.950, Lion Metal (LION) turun Rp 1.000 ke Rp 13.000, dan Telkom (TLKM) turun Rp 500 ke Rp 11.300.

Keputusan pemerintah yang mengulur kembali kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menuai berbagai tanggapan dari lembaga internasional. Salah satunya dari lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P), yang menurunkan outlook peringkat Indonesia dari BB+ dengan outlook positif menjadi BB+ dengan outlook stabil.

Seperti diketahui, hingga saat ini, S&P merupakan satu-satunya dari tiga lembaga pemeringkat internasional yang belum menaikkan peringkat Indonesia ke investment grade. Lembaga pemeringkat lainnya, Moody's Investors Service dan Fitch Ratings, sudah memberikan Indonesia peringkat layak investasi.

Indonesia baru saja kehilangan peringkat investment grade dari Standard & Poor's (S&P). Lembaga pemeringkat internasional itu menilai defisit Indonesia masih tinggi, salah satunya gara-gara harga bahan bakar minyak (BBM) yang tak kunjung disesuaikan.
Harga jual BBM subsidi di Indonesia dinilai terlalu murah, jauh lebih murah dari harga normalnya sehingga pemerintah harus menghabiskan ratusan triliun rupiah demi menutupi selisih harga tersebut.
Pemerintah Indonesia dinilai tidak bergerak cepat dalam menangani posisi defisit pada neraca pembayaran. tidak gerak cepat mengambil tindakan. Pekan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan akan menaikkan harga BBM subsidi. Namun, berapa besaran kenaikan dan waktu untuk menaikkannya masih belum jelas. SBY ingin ada kompensasi untuk rakyat miskin kalau harga BBM subsidi dinaikkan.
Kompensasi ini akan dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013. Anggaran ini baru akan diajukan Juni mendatang dan dibahas dengan DPR terlebih dahulu sebelum disetujui.
Langkah pemerintah yang bertele-tele ini berdampak kepada penilaian S&P atas peringkat Indonesia. Pasalnya, sementara menunggu kepastian harga BBM naik, defisit Indonesia bisa terus membengkak. Sehingga, S&P pun mencabut peringkat investment grade Indonesia.
Bagaimana mengembalikan posisi investment grade Indonesia sangat tergantung pemerintah yang bertindak segera untuk mememenuhi syarat yang ditetapkan oleh S&P Investment Ratings Services.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (3/5/2013), S&P berjanji menaikkan kembali peringkat Indonesia ke investment grade jika sudah ada kepastian soal harga BBM subsidi, baik itu besaran kenaikan serta waktunya.
Selain itu, jika Indonesia bisa menekan defisit dan menyusun APBN dengan baik yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, S&P juga memperingatkan peringkat Indonesia masih bisa turun lagi jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi.



Tujuan Konsultasi dan Pelatihan :

Setelah mengikuti konsultasi dan latihan secara intensif diharapkan peserta mempunyai pengetahuan dan 1.kecakapan yang menjadi dasar bidang pekerjaan sebagai tenaga penjual Reksa Dana .
2.Membantu peserta dalam menempuh Ujian Kecakapan Profesi WAPERD
3.Menimba pengalaman dari para praktisi yang sudah berpengalaman di bidangnya masing-masing.




Pilihan Jadwal Training:

Sabtu, 11 Mei 2013. Jam 09.00-17.00 Wib

Sabtu, 17 Mei 2013. Jam 09.00-17.00 Wib


Biaya Training: Rp.1.500.000,- (Satu juta lima ratus ribu rupiah)

Early Bird: Rp.1.300.000 (untuk pembayaran min. tanggal 8 Mei 2013))

Informasi: Maria 0852 8821 1275 / 0896 6322 7261
Office: 021-6336348 / Fax: 021-6336204
Registrasi :


foxyform

0 komentar:

Posting Komentar